Novel Cerpen Dear 'Kegagalan' 2024/2025

Novel Cerpen Dear 'Kegagalan' 2024/2025 - dulu aku selalu menulis kata-kata berisi penguatan diri jika suatu saat aku melakukan kesalahan dan gagal, tetapi itu sudah berlalu sangat lama, dua tahun lalu seolah aku akan sangat kuat mengahadapi mu, "Jika gagal menyapa ku, setiap hari, ketahuilah seandanya aku ingin menyerah tidak segampang itu" Aku mungkin akan menyarah bila gagal menjumpai ku tetapi tidak semudah itu selama aku masih hidup.

Itu kata-kata yang pernah aku tulis, bahkan aku membingkainya dan menempelnya tidak hanya di dindinding tetapi dihati ini. Jujur dulu aku sangat merindukan kegagalan ingin merasakan kegagalan, karena waktu itu aku merasa siap baik secara mental maupun fisik. Tetapi Tuhan juga tidak akan memberikan ujian semudah itu bagi orang-orang hebat yang mampu menemukan alasan untuk bangkit ketika melakukan kegagalan.

Tuhan itu maha tahu, dimana titik lemah kita kemudian memberikan ujian agar titik itu tidak menjadi lemah lagi tetapi konsekunsinya adalah harus menerima dengan ikhlas atas kegagalan, dan mencoba bangkin kembali. Tetapi ungkapan kadang hidup tidak semudah apa yang kita katakan memang benar adanya setelah sekarang aku merasakan hal yang dulu aku rindukan.


Dear Kegagalan


Tetapi saat ini kerinduan itu malah berubah menjadi ketakutan yang amat sangat karena aku merasa tidak tepat jika aku gagal saat ini karena fisik maupun mental ku tidak akan siap. Apa yang aku takuti memang benar terjadi, aku kira waktu ku gagal sudah habis dan berlalu tetapi ternyata itu baru saja dimulai, meski ini bukan kegagalan terbesar dalam hidup ku, karena aku sebelumnya merasakan kegagalan, yang jauh lebih besar hanya saja berbeda kontesnya.

Jauh sebelum hari ini aku merasa bahwa kegagalan adalah sesuatu yang perlu dicoba, tetapi waktu aku mengingnkannya aku tidak mendaptkannya, sebaliknya saat aku tidak menginginkan ia kembali datang, ibarat Gebetan yang datang menyatakan cinta pada saat persepsi pernikahan kita. tidak tepat dan tidak diinginkan lagi. Ada waktu dimana kita rasanya malas sekali melakukan sesuatu jangankan untuk mengulangi untuk melakukan pekerjaan lainnya saja sangat berat.

Aku kira itu sindrom baru yang membuat badan tidak bisa berlajan meski tidak lumpuh, mata tidak ingin melihat meski mampu, mendengar tapi tidak merasakan. Rasanya tidak ada rasa setelah Kegagalan datang. Ungkapan motivasi mengenai kegagalan tidak lagi memilki dampak bagi tubuh itu seakan mati rasa, tak berdaya tidak ingin melakukan sesuatu yang sudah gagal.

Akhinya kita terjebak dalam kondisi tubuh tidak mau diperintah otak, pada akhirnya menjadi malas untuk melakukan segala hal, Rasanya aku baru sadar saat ini betapa beratnya ketika gagal, mungkin ini juga hukuman bagi diri ini karena telah sombong menantang Tuhan, atau mungkin ini cara Tuhan untuk membuatku mengubah ini bukan sebagai kelemahan.

Entahlah terkadang waktu untuk gagal dirasa tidak tepat, tetapi Kegagalan bukan sebuah pilihan, seperti kita memilih atas pertanyaan apakah benar atau salah, tetapi ini tentang seni mempertahankan diri, bagi mereka yang memiliki pertahanan yang kokoh akan bangkit dan menjadikan pelajaran atas semua yang telah didapat setidaknya dapat mengevaluasi dimana kesalahan kita dan memperbaikinya dimasa mendatang.

Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kegagalan kecuali mereka yang merasakan hal sama dengan ku saat ini, Jika sebelum aku gagal tulisan kisah sukses "Thomas Alfa Edison" yang mengungkapnya bagaimana dia melakukan penemuan dengan ribuan kali gagal, menjadi energi tambah untuk memacu semangat, tetapi setelah kegagalan telah aku lalui.

Pada akhirnya sekarang hanya sebuah tulisan berisi kisah hidup saja tidak ada lagi rasa dimana tubuh ini berapi-api untuk mencapai tujuan. Hanya sebuah tulisan saja. Dear Kegagalan engkau telah merebut semuanya dari ku, kemana lagi aku harus mencari semua semangat yang dulu pernah ada, tubuhku tak berdaya, semua panca inderaku tidak mau lagi berkerja.

Aku seperti Zombie yang tidak tahu apakah harus apa, dan ingin seperti apa bahkan untuk mengingatkan apa yang pernah dilakukan sudah malas, saat ini ingin menyerah dan mencoba hal lain meninggalkan semua itu memulai usaha baru. Tetapi disisi lain aku merasa untuk mengulang hal baru membutuhkan pengetahuan yang mungkin tidak sebentar.

Sementara usiaku makin hari makin menua, kesempatan untuk belajar lagi ilmu baru dan mencoba merintis baru menjadi pertimbangan apakah aku mampu melakukan hal itu dengan semua waktu. Hari demi hari berganti aku terus berada di kamar tidur ku, hanya berteman dengan Gedget berisi Games untuk menghabiskan waktu.

Ku ingin saat aku bangun bagi, kemudian saat aku melihat jendela rumahku hari telah kembali gelap, tidak ada yang aku lakukan, semua itu terus berganti menjadi bulan dan tanpa terasa hampir satu tahun aku melakukan hal sama tanpa pekerjaan apapun. Sementara jika aku harus bangkit waktu ku hanya tinggal dua bulan sebelum tahun depan.

Bahkan itu tidak mungkin lagi dilakukan karena dengan waktu yang hampir satu tahun saja aku masih gagal apalagi mempersiapkan semuanya untuk memulai lagi hanya dua bulan saja. Dear Kegagalan memang benar engaku bukan pilihan, aku harus mencoba menerima tetapi engkau telah merenggut semuanya dari ku, semangat ku, tujuan ku, rasa optimisku, hilang ketika engakau datang.

Aku tidak pernah tahu kapan kau akan pergi dari ku, semenjak kegagalan itu aku merasa tidak berdanya tidak punya tenaga semua terasa sangat malas untuk dilakukan. Wahai senja jika kau bisa berbicara kepada ku mungkin diri ini sudah melewatkan kehadiran mu berhari-hari, bahkan berbulan-buan tanpa bertindak apapun.

Keinginan untuk mengulangi usaha itu memang ada, tetapi semua tidak seperti dulu saat aku memulai banyak dukungan, biaya, tenaga, dan semangat ku. Pekerjaan yang telah aku bangun selama 4 tahun berakhir dalam waktu hanya 4 menit saja. Setega itu engkau mencurangi ku. Apa engkau tidak melihat yang sedang berbaring disana diranjang tidur ku, menunggu setiap hari saat aku kembali tersenyum.

Keluarga kecil ku yang menggantungkan harapan masa depan pada pundakku, bahkan Istri ku pernah mengatakan kepada ku, "Hai Sayang aku tidak peduli seberapa kali engkau gagal, atau kita tidak bisa membeli Nasi meski hanya satu bungkus saja dalam sehari, bagi ku ada hal jauh lebih penting, yang terus aku doakan kepada Tuhan setian saat, Tentang senyum lepas diwajah mu".

Aku melihat keluarga kecilku sedih saat aku sedih, tetapi rasanya aku tidak mampu menjelaskan tentang apa yang sedang aku rasa, semua itu terasa berdiri diatas semuanya. Tetapi sekali lagi aku rasanya tidak mampu untuk bangkit, memang seperti apa kata keluarga kecil. Bahkan orang tua yang aku cintai juga mengatakan hal sama.
Ibu kandung ku, mengatakan "Tidak ada yang lebih berarti dari semua yang ada di dunia ini kecuali bagi seorang ibu adalah kebahagiaan mu Anak Ku" kami rela menerima semua derita mu jika memang bisa kami terima, hanya satu yang ingin kami lihat lagi dari mu, senyum mu yang telah hilang lama, ketahuilah meski kau tidak berhasil kami akan tetap mendukung setiap keputusan yang akan aku lalui.

Kata-kata itu yang sering aku dengar dari orang-orang tercinta, mereka menginginkan senyum diwajahku yang pernah ada seperti dulu lagi, sementara aku juga mengharapkan hal sama melihat senyum mereka tetap ada. Aku melihat mereka bersedih karena aku bersedih dan aku memutuskan untuk mencoba bangkit dan memulai hal yang telah gagal.

Tetapi aku tidak tahu caranya, bagaimana yang ku ingat hanya satu, mungkin bangkit dari kegagalan membutuhkan satu alasan, sekarang sudah cukup rasanya aku tidak ingin mereka sedih karena aku, bagiku tidak ada kegagalan terbesar selain membuat orang yang aku cintai bersedih. Satu alasan itu mungkin tidak akan sepenuhnya membuat ku menjadi seperti dulu lagi.

Tetapi setidaknya itu menjadi "Satu Alasan mengapa aku harus bangkit", kegagalan tidak akan pernah pergi jika kita tidak memutuskan untuk mengusirnya, Disisa-sisa waktu ku yang hanya dua bulan saja dan sisa biaya serta sisa-sisa tenaga yang telah dicuri oleh sang pencuri ulung yaitu "Kegagalan" aku mencoba bangkit. Satu alasan itu berupa "Senyum ku adalah Senyum orang-orang yang menyayangi ku, Sedih ku juga kesedihan mereka.

Mereka merindukan aku seperti dulu yang selalu ceria tertawa, dan bercanda saat berkumpul. Hidup kita adalah milik mereka yang mencintai kita. Disisa-sianya semuanya ini aku mencoba berusaha merintis pekerjaan untuk tahun depan entah apakah itu berhasi atau tidak yang jelas setidaknya aku tidak menghabiskan waktu ini sia-sia saja, aku harus mencobanya lagi. Dear Kegagalan jika memang engkau betah berada di dekat ku, dan mencoba kembali merebut sisa-sisa semangat ku lagi ketahuilah aku akan tetap sama.

Aku memiliki satu alasan yang bisa membuat ku tersenyum lagi, dan aku tidak ingin melakukan kegagalan lagi, kegagalan ku adalah kesedihan, kesedihan ku adalah kesedihan mereka "Orang Tersayang" Dear Kegagalan engaku boleh merenggut semuanya dari kehidupan ku tetapi jangan pernah rebut meski satu senyum saja di wajah orang yang aku sayangi karena jika memang hal itu terjadi aku tidak akan membiarkan itu semua terjadi.

Setidanya dari kediran mu dalam hidup ini aku akan lebih dewasa lagi, dan dapat mengevaluasi mana yang harus aku tingkatkan yang belum dicapai, dan mana yang tidak boleh lagi aku lakukan atas kelemahan usaha yang pernah aku lakukan. Engaku "Kegagalan" bukanlah teman sejati ku tetapi setidaknya kau dapat menjadi pendengar atas semua kelemahan yang aku miliki. Aku ingin suatu saat nanti jika kau sudah pergi dari ku, dan singgah di tempat orang lain.

Maka setidaknya engkau dapat menyempaikan pesan kepada mereka bahwa ada seseorang lagi dulu yang pernah merasakan aku "Kegagalan" dan ia memiliki satu alasan yang dapat membuat ku bahwa dia bukan tempat abadi aku singgah, aku ingin kalian yang sedang berteman dan semangatnya telah aku curi dapat menjadi satu orang lagi.

Aku "Kegagalan" mungkin lebih suka tidak memiliki teman dari pada harus banyak teman kehilang 50 % dari kehidupannya hanya gara-gara aku. Itu adalah ungkapan kegagalan entah apakah memang benar ditahun depat aku dapat berpisah dengan mu wahai kegagalan atau engaku senang tiasa bersama ku lagi aku tidak pernah tahu.

Setidaknya aku bisa membuktikan bahwa aku belum kalah disisa energi yang aku miliki akan kucoba perlahan bangkin sebisa mungkin aku tidak ingin lagi membuat orang tersayang merasakan kesedihan karena kehadiran mu, meski begitu aku masih saja tetap ragu apakah aku mampu atau tidak pergi dari bayang-bayang mu wahai "Kegagalan".

Ini merupakan ungkapan kegagalan yang sedang aku rasakan sekarang seperti yang telah aku jelaskan tidak ada satu kata-kata yang bisa mengambarkan kegagalan kecuali mereka yang sedang merasakan kegagalan itu, akan kujadikan teman bagi perjuangan dan ia menjadi teman curhat saat aku mengatkaan Dear Kegagalan semua tentang kelemahan ku terasa terlihat sembari memberikan pesan bahwa itu tidak boleh terjadi lagi.
Terima kasih teman-teman yang sudah membaca mungkin kalian diluar sana sedang merasakan hal sama dengan ku, kalian bisa juga bisa melakukan hal sama mencari satu alasan untuk bangkin dan membuktikan bahwa kita layak untuk tidak menyerah. Waktu ku hanya 2 bulan lagi saat artikel ini ditulis kemudian dua belun berikutnya adalah tahun depan dimana persaingan dari pekerjaan ku dimulai lagi, entah aku mampu membuktikan semuanya atau mungkin malah sebaliknya.

Jangan sampai tulisan ini hanya sebagai tulisan, ini adalah janjiku kepada orang yang aku cintai bahwa kegagalan tidak lebih besar dari rasa ku menyayangi mereka, I Love You Ibu dan Ayah ku, I Love You My Wife and The Boy. Ini adalah kisah ku yang sedang merasakan kegagalan atas pekerjaaan ku, yang bahkan nyaris tidak memiliki penghasilan, sementara aku punya anak dan istri juga sedang menempuh pendidikan yang semuanya membuthkan uang. Semoga kalian tidak seperti ku.