Novel Cerpen Kapan Manusia Meninggal ? 2024/2025

Novel Cerpen Kapan Manusia Meninggal ? 2024/2025 - Kehidupan bukanlah sebuah dongeng yang pada akhirnya memiliki ending bahagia, kehidupan bukanlah seperti drama korea yang alur ceritanya sesuai dengan impian kita, kehidupan juga bukan sebuah skenario film yang bisa diatur untuk menecapai akhir cerita sesuai dengan yang diinginkan sutradara. Kehidupan adalah kisah dimana hari ini yang akan dijalani tanpa tau apa yang akan terjadi, sutradara dalam sebuah kehidupan adalah sang maha pencipta.

Kita sebagai bintang yang memerankan suatu karakter wajib berusaha sebagus mungkin dalam menjalani sebuah kehidupan, itulah hidup kita jangan pernah berlebihan menganggap kehidupan yang kita jalani akan seperti cerita dalam sebuah dongeng, atau sebuah film meski memiliki cerita yang berliku namun berkahir sangat bahagia. Kehidupan ibarat senja dan fajar mereka tidak akan pernah tertukar.


 Kapan Manusia Akan Mati?


Dekat namun tak pernah saling sapa, hari ini adalah senja, besok adalah fajar, kehidupan akan terus berganti tanpa satu kalipun tertukar, percayalah satu hal bahwa semua yang sudah diberikan tidak pernah tertukar, tidak pula merasa sedih yang berkepanjangan tidak juga selalu bahagia setiap waktu, hidup itu berganti meski ia tidak akan pernah tertukar, rasa bahagia dan kesedihan selalu berjalan dalam sebuah kesatuan tidak terpisahkan dan juga tidak selalu berbarangan.

Kadang tuhan menghadiahkan kebahagian kemudian seketika menarik semuanya dan digantikan dengan ujian kesedihan, tidak ada salahnya jika kita selalu mencoba untuk berusaha sebaik mungkin dalam keadaan senang ataupun sedih, namun sesekali kita pasti pernah merasakan rasa dimana kita tidak pernah mengerti rasa apakah itu sesungguhnya.

Ia berada dalam hati yang tenang menawarkan obsi kegelisahan, kadang kala kita merasa sedih namun tanpa ada sebab yang membuat kita merasakan hal tersebut, kadang kala kita mendapatkan satu senyum bahagia meski itu bukan waktu yang tepat untuk berbagia, seperti itulah yang sedang aku rasakan saat ini mereka sedih namun tidak menemukan alasan mengapa aku bersedih.

Aku merasa bahwa semua ini baik-baik saja, cinta yang sudah ku perjuangkan kini telah aku dapatkan, kebahagianan yang aku dambakan kini sudah ada, tetapi entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa sangat gelisah, hati tak tenang meski aku tidur, sesekali ia menghampiri ku dalam sebuah mimpi bentuk kegelisahan hati yang sampai saat ini belum ku temukan jawabannya.

Tuhan begitu baik kepada hambanya selalu memberikan sedikit cobaan dan kebahagiaan tidak terhingga, sementara kita manusia hanya mengingat sedikit cobaan ketimbang menysukuri anugerah yang sudah dimiliki saat ini, begitu juga aku, seperti pada kisahku sebelumnya semua hanya alamiah terjadi, aku hanya manusia bukanlah Malaikat ataupun Nabi yang bisa dengan sempurna menjalani semua kehidupan ini.

Jika dibandingkan dengan Nabi dan Malaikat aku bukanlah apa-apa, Tuhan sudah pasti tau atas kekurangan yang aku lakukan karena keterbatasan ku, namun karena begitu seringnya aku melakukan kesalahan semua rasanya jadi malu, apabila mengingat semua dosa yang tiap detik aku lakukan tidak hanya oleh jasmani saja tetapi oleh rohani ku. Entahlah akhir-akhir ini aku merasa bahwa aku bukanlah yang dulu lagi.

Hidupku dipenuhi dengan dosa besar yang mungkin sangat sulit untuk diampuni oleh Tuhan, dosa besar yang pernah aku lakukan bahkan tidak bisa aku ceritakan karena itu adalah hal yang sungguh membuat hidupku 360 derajat berubah seperti sekarang, rasanya aku semakin jauh dengan Tuhan ku, memohon doa rasanya sudah malu, namun aku tidak berdaya tanpa kehendaknya. Aku selalu dihantui oleh dosa-dosa yang pernah aku lakukan.

Sesekali aku merasa "Mungkin semua sudah hancur dan kepalang hancur aku akan melakukan semua kesenangan dunia dan melaupakan akhirat" disatu sisi bisikan tentang kesalahan itu tidak boleh terulang dan selalu ada pintu maaf bagi yang memang menyesali dosa-dosa meski sulit percayalah "Tuhan Maha Pengampun", selalu saja terdengar jelas ditelinga ini mencegah aku mengulangi dosa besar yang sama.

Rasanya aku tidak berada dalam satu jiwa seperti diriku yang dulu, aku merasa jiwa ku telah pergi hanya ada sebuah wadah yang kosong, tidak tau jelas kemana akan melangkah entah itu menjauh pergi atau datang mendekat. Dosa yang mungkin tidak pantas untuk diampuni, semua bayangan itu selalu menghantui ku, lagi dan lagi terus ada, disatu sisi aku bukanlah anak-anak lagi seperti dulu.

Sekarang sudah punya tanggung jawab sebagai kepala keluarga memimpin anak dan istri dunia akhirat, ku sadari bahwa kesedihan dan kebahagian merupakan satu paket, aku diberikan kebahagiaan tidak terhingga dari Tuhan atas buah cinta pernikahan kami "Seorang Malaikat Kecil yang sangat lucu dan menggemaskan, kadang kebahagiaan ini selalui tergambar jelas saat melihat tingkah nakalnya dan kepolosan saat ia tidar.

Belum lagi ditambah kebahagiaan yang aku dapatkan yaitu Istri yang sangat cantik yang aku idamkan saat aku SD dulu, dan akhinrnya sekarang menjadi istri ku. Namun rasanya tidak adil apabila aku selalui diberikan kebahagiaan tanpa diberikan cobaan, disisi lain aku selalu dihantui rasa berlasah atas dosa besar yang aku lakukan dimasa lalu, kemudian ada kesedihan lain dibalik itu semua. Malaikat yang diutus oleh Allah untuk menjaga ku semala didunia "Ibu Kandung" saat ini sedang menderita penyakit serius.

Beliau diperkiarakan pengidap penyakit kangker atau tumor meski itu belum dikatahui namun bisa aku lihat dari ciri-ciri yang beliau derita, bahkan sampai saat ini beliau tidak mau diajak kerumah sakit, aku sadar bahwa sakit yang beliau derita sudah cukup parah, lengkap sudah kehidupan ini saat membayangkan kebahagiaan mengingat anak dan istri, kemudian disela-sela waktu itu aku juga teringat dengan hal yang sama yaitu kesedihan akan dosa-dosa besar yang telah aku lakukan masa lalu dan penyakit yang diderita oleh sang Ibunda.

Sesekali saat aku pulang kampung beliau sering seolah kuat menghadapi penyakit tersebut dengan mengatakan bahwa sakit yang diderita sudah membaik dan akan segera sembuh, padahal sesungguhnya tidak seperti itu, aku tau betul rasa sakit itu disela waktu berkumpul kadang aku melihat beliau merintih kesakitan dan menyembunyikannya dari kami "Anak-Anaknya".

Kesedihan itu belum berakhir beliau memutuskan tidak mau diobati dengan alasan bahwa sudah pasti dokter akan marah saat melihat kondisi beliau, dan beliau takut setelah ditangani secara medis kesehatan akan menurun dan drop, seperti kebanyakan penderita penyakit yang sama, beliau hanya mencoba obat herbal yang belum terbukti secara medis. Bahkan setiap kali kami anak-anak sering mengingatkan beliau agar mau dibawa kerumah sakit.

Namun bujukan itu tidak berhasil, aku sebagai anak merasa sangat bingung dengan kondisi sekarang, pikiran ku terbagi untuk anak dan istri, mencari nafkah, kuliah S2 dan beban pikiran dari penyakit yang sedang diderita oleh Ibunda Tercinta, dan yang terkahir adalah beban dosa besar yang pernah aku lakukan dimasa lalu. Disatu sisi kadang aku merasa sangat bahagia memiliki anak dan istri.

Disisi lain saat aku mengingat tentang semua dosa dan Ibunda seketika semua berubah menjadi air mata, aku merasa sedih diawaktu senang dan senang diawaktu sedih, kadang kala kesedihan ini tidak beralasan, kadang pula kebagaian ini tidak sedang banar-benar dirasakan, mungkin kalian bisa merasakan apa yang sedang aku rasakan, sebuah situasi sulit yang sedang aku alami. Terkadang rasanya aku sangat ingin melupakan semua hal itu dan bersikap masa bodoh.

Hanya ingin menunaikan kewajiban saja, dan melupakan semua pilikiran yang membebani kehidupan ini, namun lagi-lagi semua itu sia-sia karena bagi semua adalah kewajiban untuk ku yang harus benar-benar aku pikirkan, meskipun saat memikirkannya aku tidak pernah punya jawaban atas pertanyaan itu.

Air mata ini menetes bukan hanya karena sedih, begitu juga senyum ini hadir kadang tidak pada waktu yang tepat, mungkin bagi sebagian orang bisa melupakan semua ini dengan cepat dan bersikap masa bodoh, namun bagiku apabila sudah berkaitan dengan Ibu pastilah hati ini akan sensitif. Aku tidak ingin kesedihan ini diketahui oleh anak istri ku, aku tidak ingin merusak senyum mereka karena melihat ku bersedih.

Namun aku hanya manusia biasa yang tidak bisa menyembunyikan semua rasa itu meski aku bersaha semaksimal mungkin untuk menahannya, disela-sela waktu malam saat semua orang tidur nyenyak aku hanya bisa menuliskan semua kegelisahan hati ini, entah itu sedih, senang bahagia, bingung atau yang lainnya, setidaknya aku tidak menyakiti hati orang lain karena mendengar curhatan sedihku, aku tidak ingin curhat kesedihan ini kepada istri ku, agar ia tetap bisa tersenyum.

Seperti malam ini tepat di pukul 2 malam aku menyempatkan untuk menuangkan semua isi hati kedalam sebuah bait-bait kata yang mungkin hanya akan menjadi sampah disebuah mesin pencari sekelas google, namun percayalah satu hal apa yang sedang aku rasa ini jujur dari dalam hati yang terdalam, rasa dilema tak punya arah dan tujuan, sesekali dalam pikiran ini aku ingin memaksa ibunda untuk berobat ke rumah sakit.

Namun uang yang aku miliki tidak cukup banyak untuk membiayai hal tersebut. Entah kepana rasanya kehidupan ku dalam satu ikat paket yang mungkin sama seperti kebanyakan orang antara air mata dan senyum indah. Untuk menangispun aku rasanya sudah sangat lelah, dalam perantuan kuliah kadang aku memendam rindu ingin segera bertemu berkumpul bersama keluar di kampung halaman.

Aku takut Ibunda yang sedang berjaung kehilangan harapan untuk bertahan merasa bahwa anak-anaknya sudah sukses membuat semua berkahir, sebuah pertanyaan muncul "Kapan Orang Akan Meninggal" apakah menunggu tua tau mungkin saat masih muda, sebuah kepastian mereka yang akan mati apabila dalam diri mereka sudah tidak lagi memiliki harapan masa depan dan merasa bahwa sudah cukup tidak ada mimpi dan cita-cita masa depan.

Tidak ada tanggung jawab yang harus diselesaikan lagi, mereka merasa bahwa tidak lagi menjadi tulang punggung, saat itulah seseorang akan Mati, meski usia muda ataupun tua, meninggal itu sudah pasti namun, Tuhan akan melihat usaha kita sebera jauh ibarat kita diberikan sebuah sepeda dan diberikan kesempatan untuk sejauh mungkin pergi menggunakan sepeda tersebut maka sudah pasti setiap orang memiliki batas kemampaun sendiri-sendiri.

Ada yang sampai mengelilingi dunia, ada juga yang hanya beberapa meter saja ada juga yang hanya beberapa kilo saja atau bahkan menolak tidak ingin pergi menggunakan sepeda itu, semua tergantung apa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dari mengendarai sepeda itu, begitulah manusia saat semua dirasa cukup kematian itu akan datang pada diri kita, tuhan akan mempersiapkan untuk menjemput kita kapan saja.

Namun rasa itu bukan rasa keputusasan dari kehidupan kita harus bisa membedakan antara putus asa dan merasa bahwa semua sudah cukup. Aku hanya takut Ibunda ku akan berfikiran seperti itu, sejujurnya melihat beliau sakit saja aku sangat amat bersedih apalagi lebih dari itu, entahlah dalam senyapnya malam, terdengar rintik air yang mengalir jauh memberikan tanda bahwa aku tidak sendiri kesedihan sebenarnya bisa aku bagi dengan mereka yang aku sayang.

Lagi-lagi aku tidak ingin membebani rasa yang sama kepada orang yang aku sayang biarlah semua ini menjadi bagian kehidupan yang harus aku hadapi dan diselesaikan, andai aku memiliki satu doa yang langsung dikabulkan aku ingin memberikan doa itu untuk kesembuhan Ibunda agar beliau bisa menikmati apa yang sudah beliau tanam keberhasilan anak-anaknya, cucu yang tumbuh lucu semakin besar semaksimal mungkin usia sampai pada akhirnya ia merasa sudah cukup.

Aku ingin memberikan hadiah doa ini kepada Ibunda, dan aku sangat meyakini bahwa Tuhan Maha pengabul segala doa, akupun hanya bisa menulis semua rasa ini dalam setiap kalimat saja tidak lebih dan tidak kurang, untuk berkata jujur pada orang tua bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya rasanya aku masih malu. Izinkan doa ini menjadi satu kado dari seorang anak yang mungkin tidak patuh kepada mu Ya Rob bahkan terus melakukan dosa besar.

Mungkin aku bukanlah hamba mu yang taat dan selalui dipenuhi dengan dosa besar namun tidak ada tempat ku meminta selain kepada Mu, aku hanya manusia yang mudah terhasut oleh ajakan menyesatkan. Entahlah semua ini terasa sangat sulit dan membingungkan bagi ku, entah harus ingin bersedih ataukah bahagia. Dear Malaikat penyampai pesan, sampaikan doa ku ini kepada Sang Sutradara kehidupan "Allah SWT. Amin.