Novel Cerpen Ujian Cinta atau Tanda Dia Tidak Pantas Untuk Mu 2024/2025

Novel Cerpen Ujian Cinta atau Tanda Dia Tidak Pantas Untuk Mu 2024/2025 - ini adalah kali pertama setelah beberapa bulan lamanya aku mulai menulis dan update novel, kali pertama setelah lulus jenjang pendidikan S2 yang aku tempuh, beberapa bulan kuliah lagi aku mulai mendapatkan tentang pemahaman baru tentang diri, tentang mencintai ataupun dicintai, atau mungkin hal yang tidak disukai berupa benci, konflik dan lainnya. Entah kenapa setelah lebih dari 3 bulan lamanya tidak menulis aku merindukan moment-moment itu.

Dengan menulis aku banyak memahami arti hidup, cinta dan kebencian dari sana aku belajar mempelajari mengapa hati kadang tidak bisa diajak kompromi dengan logika, semua itu aku lalui begitu cepat tidak terasa waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa juga usia ini terus bertambah, ada waktu dimana kita merasa bahwa semakin bertambah usia maka akan semakin banyak masalah yang dihadapi.

Tentu kalian berfikir sama masalah yang dihadapi oleh anak SMA akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan masalah seorang mahasiswa yang kuliah di S1 begitu juga mereka lebih sedikit jika dibandingkan dengan mahasiswa S2 dan seterusnya, kadang aku berfikir mengapa hal itu bisa terjadi bertahun lamanya jawaban itu baru aku dapat sekarang. Semakin bertambah usia tanggung jawab dan beban seseorang akan dipikul sendiri dimana kita mulai belajar berfikir untuk mandiri.

Ujian Cinta atau Tanda Dia Tidak Pantas Untuk Mu


Mempertahankan hidup, status, dan kebutuhan ditangan sendiri tidak seperti saat dimana kita masih menjadi tanggungan orang tua, sekarang mungkin kita akan berfikir bahwa betapa besar beban yang dirasakan oleh orang tua untuk memenuhi semua kebutuhan. Tetapi kita tidak pernah mendengar orang tua kita mengeluh, seandainya memang ada tidak begitu dibesar-besarkan keluhan hanya sebatas menarik nafas panjang.

Begitu juga kita sekarang yang telah mulai menjadi seorang lebih dewasa memehami apa itu kebutuhan dan mencoba memikulnya sendiri dan memenuhinya disinilah letak kedewasaan seseorang mencoba mandiri, tetapi semua akan beregenerasi jika dulu kita hanya akan dibalik orang tua sekarang mulai kita yang akan menjadi orang lebih dewasa, kita juga dipanggil dengan sebutan Ayah atau Ibu.

Mereka yang sudah menua akan hilang dan berganti, dan terus begitu kehidupan, semua akan tiba pada waktunya. Jika kita perlahan memperhatikan dan mencoba mengingat tentang bagaimana aku yang dulu duduk dibangku SD, melihat kenakalan diwaktu SMP dan terus berkembang menjadi remaja SMA yang penuh akan rasa ingin tahu, sampai pada waktu dimana aku mulai menemukan jati diri dan menemukan jawaban tentang siap aku di Perguruan tinggi atau ditempat bekerja.

Semua itu terasa sudah sangat lama aku rasakan semua berlalu begitu cepat, begitu juga tentang semua perasaan akan cinta yang pernah aku lalui selama ini, dari mulai SD diman cinta Monyet, dan berganti menjadi Pengagum dan mengenai Cinta adalah sebuah status dibangku SMP dan berkembang dibangku SMA awal dari merintis hubungan yang akan dibawa kemana, ketidak pastian akan terus terasa dan begitu keragu-raguan menjadi sebuah teman akrab.

Sambil menunggu usia mendewasa, kisah ini aku tulis bukan tidak berasan inspirasi ini aku dapat dari seorang teman S2 ku yang sedang menahan kesedihan, sebagai seorang teman aku menanyakan hal apa yang sedang ia rasakan, memberikan penjelasan padanya agar bisa membagi cerita setidaknya dengan berbagi meski tidak menemukan jalan keluar ada rasa lega yang akan diterima tidak disimpan dalam hati sendiri saja.

Lantas setelah beliau bercerita disaat itulah aku teringat akan kisah hidupku yang telah ku lalui dulu, sembari menenangkanya aku pun sempat meneteskan air mata, dari sana aku mencoba membuat hipotesis tentang perasaan mungkin bukan hanya aku saja yang merasakan hal serumit itu ada banyak orang diluar sana merasakan hal yang sama.

Kisah itu bermula puluhan tahun lamanya sejak pertama kali kami berpacaran bahkan dari mulai sejak cinta monyet kisah itu terus berlanjut menuju pase diman kami mulai membawa kejenjang lebih serius, 15 tahun kami berpacaran setelah semua perjuangan panjang yang dilalui kami perlahan mengikut hubungan yang semula hubungan itu tidak berarti apa- apa sampai menjadi suatu ikatan yang hampir sah.

Setelah perjalanan panjang berpacaran sejak SMP akhirnya setelah lulus kuliah kami memutuskan untuk bertunangan, waktu itu usia ku 23 tahun dan sudah cukup mapan, tanpa keraguan sedikitpun aku memutuskan untuk bertungan dengan sang pacar, berjalan 7 bulan tepatnya sekitar 5 bulan lagi kami akan melaksanakan pernikahan, hal itu terasa begitu membahagiakan tetapi semala 7 bulan berlalu itu ada rasa yang sangat mengganjal dalam pikiran ini.

Sebuah rasa dimana aku ragu dengan semua keputusan itu, hal itu bukan tidak beralasan karena ada banyak pihak lain yang menawarkan tentang sebuah ikatan jauh lebih baik, bahkan aku terus membandingkan tunangan ku dengan mereka yang berusahan untuk mengubah keputusan ku, 7 bulan itu waktu yang tidak sedikit bagi ku, karena lebih sulit melewati hubungan setelah tunangan dari pada 15 tahun yang telah berlalu.

Dalam hati aku punya waktu sekitar 3 bulan lagi jika ingin memutuskan dan mengakhiri sebuah hubungan ini, singkat cerita waktu yang telah berlalu 3 bulan dinanti akhirnya aku memutuskan untuk pergi menghilang dan memutuskan pertunangan itu secara sepihak, tentu keputusan itu bukan langsung memberikan keputusan baru tentang ingin menikah gadis lain, keputusan ku itu diambil dengan berbagai pertimbangan.

2 Bulan sebelum keputusan menikah akhirnya aku membatalkan semua dengan alasan aku merasa bahwa aku belum siap dengan keputusan itu meski aku sudah menjani hubungan berpacaran selama 15 tahun bukan hitungan hari, dalam kesendian setelah keputusan itu akhirnya aku memutuskan untuk pergi keluar kota sendiri untuk merenungkan semua keputusan itu.

Aku perlahan mencoba melupakan Mantan Tunangan ku dengan memilih pilihan baru, meski tidak langsung memutuskan. Kadang aku berfikir bahwa sebuah hubungan Pacaran tidak berarti apapun bahkan untuk sebuah hubungan lebih serius tidak membuat keraguan itu memudar kepastian akan semua yang akan dijalani seharunya lebih jelas tidak seperti keputusan ku saat ini. Entah kenapa aku merasa bahwa dia (Mantan Tunangan Ku) bukan jodoh yang pantas untuk ku, karena saat ini disekeliling ku banyak sekali orang yang lebih baik darinya.

Aku sadar bahwa cinta tidak akan tumbuh dengan subur apabila kebutuhan dasar tidak dipenuhi dengan baik, artinya sebuah materi penting demi untuk menjaga cinta yang tumbuh akan subur, salah satu pertimbangan itulah yang membuat ku menyudahi hubungan itu. Disisi lain pertimbangan akan semua keraguan tentang apakah kami mampu bertahan dalam ikatan yang lebih serius atau tidak itu menjadi pertimbangan lain.

Dalam kesendirian dikota berbeda aku terus merenungi dan bersenang-senang dengan apa yang aku punya menghabiskan waktu bersama dengan orang lain, bersenang-senang tanpa terasa 1 bulan telah berlalu dan aku mulai menemukan jawaban atas keputusan yang pernah aku buat dan bisa membandingkan pasangan ku yang dulu dengan yang sekarang aku pilih. Perbedaan sangat mencolok, dia yang dulu (Mantan Tunangan ku) adalah seorang yang memiliki kepribadian lembut pendiam, dan serius dalam menjalani hubungan serta memikirkan rencana kedepan tidak begitu memprioritaskan materi.

Lebih senang menyediri melakukan hal yang lebih bermanfaat, meski itu yang membuat ku sangat bosan, kebiasannya memperlakukan ku selama 15 tahun tetap sama, tetap peduli dan selalu menanyakan pekerjaan apa yang sudah dilalui.  Itu hanya sebagaian kecil saja, tetapi pasangan ku sekarang bertolak belakang pandai menghubur, selalu ceria dan bersenang-senang melakukan sesutu kesenangan dengan sebuah landasan yang ia suka, tidak begitu memikirkan hari kedepan, diwaktu ku merasa bosan dia bisa menjadi alternatif untuk membuang kebosanan itu.

Tetapi perlahan dalam waktu yang cukup singkat aku merasa bahwa semua keputusan ku meninggalkan Sang Mantan adalah kesalahan terbesar dalam hidup ku, kadang jika waktu bisa aku ulang aku tidak akan memutuskan sepihak tentang pertungan itu. Tetapi nasi telah menjadi bubur, Keputusan yang telah dibuat pasti memiliki konsekuensi yang harus diterima. Aku ingat bahwa aku masih punya waktu 1 bulan sebelum hubungan kami berakhir.

Dengan rasa harapan tinggi aku ingin kembali, dan mencoba untuk kembali menghubungi Sang Mantan (Tunangan Ku) tetapi hasilnya aku mendapatkan isu bahwa dia tetap akan menikah entah dengan siapa. Hati ini rasanya sangat menyesal tetapi dari kisah yang telah aku lalui itu aku hanya bisa belajar banyak bahwa ada dua hal pertama ujian menuju jenjang lebih serius akan mendapatkan tanda atas mereka calon Istri atau Suami konflik yang didapat berupa petunjuk bahwa memang benar seseorang bukan jodoh yang pantas untuk diri ini.

Kedua seseorang akan diuji dengan rasa kebosan dan mencoba dipisahkan siapa yang lulus dalam ujian itu maka ia akan mendapatkan hal yang indah didepan. Nampaknya aku mengalami hal kedua sayangnya cinta yang telah dibangun tidak lulus ujian, aku kalah dengan godaan yang ada. Setelah perjalanan kisah itu aku sempat memberikan penjelasan kepada Sahabat satu kelasku menyambung cerita awal tentang apa yang pernah aku lalui dan disesali.

Setiap kali seseorang yang sudah menuju jenjang lebih serius baik tunangan ataupun sebentar lagi menikah pasti terdapat dua hal itu, entah itu berupa petunjuk bahwa dia bukan jodoh yang baik untuk kita ataupun cinta yang telah dibangun mendapatkan ujian. Tentu kalian jangan sampai mengikuti kesahalan yang pernah aku lakukan.

Aku selalu menasehati teman-teman ku yang tengah mengalami kendala sama, setelah kejadian itu tepat 2 minggu sebelum Tungan ku yang dibarkan menikah aku memutuskan kembali setidaknya meski bukan menjadi pengantin aku ingin kembali dan menghadiri pernikahannya walau hanya sebagai tamu undangan. Sesaimpainya dirumah setelah beberapa bulan lamanya aku pergi keluar kota hati ini terkejut karena dirumah tengah ramai orang.

Kepulangan ku menjadi pertanyaan besar dalam hati mungkin mereka akan marah pada ku karena telah membatalkan pertunangan ini secara sepihak, bahkan aku bisa dibunuh jika sampai orang tua ku malu atas ulah anakku, segera aku bergegas menuju orang tuaku sambil meminta maaf dan air mata ini bercucuran begitu aku bersujud di kaki Ibu dan Ayah ku.

Aku : Ibu, Ayah Maafkan anak mu ini yang sudah mengecewakan mu (Sambil menagis dalam penyesalan terdalam)
Ayah : Kau memang anak kurang perhitungan ayah marah dan kecewa.
Aku : Maaf Ayah aku hanya bisa meminta maaf.
Ibu : Sudah Nangisnya sebaiknya kau masuk dan bersiap-siap.
Aku : Bersiap ? Untuk apa Bu.
Ibu : Kamu ini gimana masih ditanya untuk apa cepat bergegas Mandi dan bersiap. Untuk kau pulang tepat waktu, Apa pekerjaan mu sudah selesai semua.
Aku : Pekerjaan ? aku tambah bingung apa maksudnya.
Ibu : Sudah tidak usah banyak bicara mandi dan ganti pakaian itu.
Aku : Tapi Bu,
Ibu : Cepat sebelum ibu semakin marah sudah cukup menunggu mu beberapa bulan Ibu tidak akan menunggu lagi.

Sambil menuju kekamar air mata ini pun belum kering, aku masih bingung, setelah selesai bersiap-siap aku bersama 2 orang saudara dan orang tua serta beberapa kerabat yang terlihat membawa entah apa dalam mobil yang disapkan, aku disuruh memakai Jas dan pakaian lengkap rapi sekali, sambil berfikir dalam hati apa maksud dari semua ini.

Tidak lama setelah perjalanan 30 menit hati ini terus berdegup dan terus bertanya dalam hati mengapa mobil ini menuju rumah (Mantan Tunangan Ku) sesaimpainya dirumahnya aku terdian lemas rasanya semua tulang ku seperti lumpuh, keringat dingin keluar sambil berhadap semoga ini semua tidak seperti pemikiran ku, aku bergumam dalam hati mungkin aku harus menghadiri Mantan Tunangan ku seserahan dengan Calon Suaminya yang baru.

Sampai saat masuk rumah dan pembawa acara menyampaikan beberapa kata sambutan, akupun terus mencoba menebak apa maksud dari semua itu, Tiba diacara inti akhirnya disebutkan bahwa tujuan dapang kesini untuk meminta maaf dan mengganti hari, dari pertunangan karena anak kami maksudnya (Saya) baru pulang dari luar kota dengan alasan pekerjaan yang baru selesesai. Singkat cerita acara seserahan itu selesai aku tidak pernah mengerti maksud ini semua.

Intinya itu adalah seserahan ku, entah untuk siapa tetapi diserahkan ke pihak (Mantan Tunangan) disela waktu tersisa bahwa menurut adat dari daerah kami calon pengantin yang telah diserahkan kepihak perempuan tidak boleh pulang bersama rombongan seserahan harus pulang diantar dari pihak Wanita, aku mencoba untuk menyempatkan bertemu dengan Mantan Tunangan ku apa maksud ini semua.

Mantan Tunangan Ku : (Hanya Tersenyum Tanpa Mengatakan Sepatah kata pun)
Aku : Segera aku memeluknya.

Aku tahu kau pasti kembali dan aku menyakini itu 16 tahun pacaran hati ini sudah mengikat kita, aku bisa merasakan apa yang kau rasakan dan mungkin kamu juga begitu, oleh sebab itu saat kau memutuskan pertunangan itu secara sepihak aku tidak pernah mengatakan kepada kedua orang tua kita, bahkan aku beralasan bahwa kamu pergi selama beberapa bulan untuk menyelesaikan bisnis dan mencari uang untuk modal pernikahan kita Kata Tunangan ku.

Mendengar kata-kata itu aku menangis tidak ada henti rasanya semua ini hanya mimpi soal Wanita yang dulu menggoda hubungan kami ia hanya ingin bersenang-senang saja tidak memikirkan masa depan aku kini sadar bahwa semua itu adalah ujian dari Tuhan tentang keraguan cinta ini, mungkin di dunia ini hanya ada satu kisah seperti kami. Seandanyai semua itu sudah terjadi kami benar berpisah mungkin aku tidak akan mau hidup lagi.

Sang Puteri aku menyapanya dengan kedewasaan dia melandasi hubungan kami, aku hidup dan bahagia dan menjadi Pria yang paling beruntung di dunia ini, kini kami sudah menikah dan memiliki satu orang Malaikat Kecil yang terus tumbuh dan melanjutkan kisah hidup kami semoga bisa memberikan apa yang kami berikan menjawab tentang keraguan seseorang yang sedang merasa bingung dalam memilih apakah akan meneruskan hubungan yang telah serius atau mengakhirnya.

Wanita dan Pria hebat adalah mereka yang mampu memprediksi dan melihat seperti apa calon kita dimasa depan dengan potensi serta kekurangan yang dimiliki dan dapat saling mendukung satu sama lain, terima kasih Tuhan engtau tidak menghukum ku atas semua kebodohan yang pernah aku lakukan, salam.